Senin, 22 Maret 2010

Psikologi Anak Yatim


Secara umum, anak-anak yatim memiliki kondisi spikis seperti anak-anak lain. Mereka senang bermain, bergurau, dan cerita dalam banyak harinya. Hanya, pada titik tertentu mereka tidak memperoleh kasih sayang seorang ayah. Mereka tidak mendapati adanya pelindung dan tempat mengadu jika ada masalah dengan teman-temannya. Namun, akal mereka yang belum sempurna tidak mempedulikannya terlalu lama. Jika ada aktifitas lain yang mengalihkan perhatiannya, maka ingatnya akan perlunya seorang ayah segera lenyap. Sayangnya, peristiwa keseharian sering pula mengundangnya kepada kebutuhan kan figure seorang ayah.

Realitas lain di tengah masyiarakat menunjukkan bahwa anak yatim yang tidak mendapatkan perhatian yang mestinya memiliki kepribadian yang labil dan sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Mereka di paksa bersabar terhadap ‘ejekan’ teman-temannya. Atau menahan diri dari permainan tertntu dengan teman-teman sebayanya. Inilah diantara penyebab yang dapat menghambat kemajuan pada dirinya.

Saat melihat temannya membawa mainan baru, siyatim tentu ingin memiliki minan serupa. Namun, ia bingung harus meminta kepada siapa. Sebab, hampir tidak mungkin ibunya yang tidak punya uang akan membelikannya untuknya. Minta kepada paman, takut di marahi. Akhirnya, ia berdiam diri memendam keinginnya. Tak ada yang tahu, bahwa sikapnya yang demikian dikarenakan ia menginginkan mobil-mobillan yang hanya seharga Rp 4.000,00.
Anak-anak yang tidak memungkinkan untuk berbangga-bangga dengan kekayaan orang tuanya, karena memang tidak ada yang bisa dibanggakan. Namun,
bila diarahkan secara benar, rasa sadar diri terhadap kemahaagungan Allah akan lebih besar. Mereka memang tidak memiliki tempat mengadu yang lain dikala hati sedang dilanda pilu.Allah lah tempatnya melaporkan segala keluhkesah hatinya, gunda-gulananya. Bimbingan keagamaan kan lebih mudah diabsorbsi oleh mereka dari pada anak-anak lain seusianya. Barang kali inilah rahasia kesuksesan Muhammad dalam memaksimalkan potensi internalnya dalam berhubungan dengan Allah.

Namun, potensi kemadirian itupun bisa mengarah kepada kerusakan, bila tidak mendapatkan bimbingan yang benar. Anak-anak ini cenderung sulit diatur, bila diatur salah mendidiknya. Mereka merasa lepas dari pengawasan, karena kebiasaan. Alangkah sayang bila terjadi dalam hal-hal yang demikian, karena keburukan salah seorang, anggoota masyiarakat berarti ancamanbagi anggota yang lain. Oleh karena itu, jangn sampai kita terlambat berbuat yang menyebabkan asset itu berubah menjadi parasit dan sumber bencana.

Karena itulah, islam sangat menekankan pentingnya memperhatikan anak yatim secara khusus, lebih dari penekanannya untuk memperhatikan anak kandung sendiri. Islam memerintahkan untuk berusaha sebisa mungkin memenuhi semua kebutuhan materi dan jiwanya. Bahkan,ayat suci Al-Qur’an yang secara khusus membicarakan masalah anak yatim ini lebih banyak dari pada jumlah ayat yang membahas tentang anak kecil secara umum.

Berinteraksi dengan anah-anak yatim tidak sederhana seperti bergaul dengan anak-anak pada umumnya. Ada hal-hal khusus yang harus dijaga,dan harus dijauhi, dan tidak boleh kita ungkapkan kepada mereka. Dalam banyak hal, perasaan mereka sangat sensitf. Duka di tinggal ayah atau kemiskinan yang terus mendera membuat perasaan mereka amat peka terhadap segala sesuatu yang di anggap menyinggung dirinya.

Ketika usia memasuki masa wajib belajar, ibunya akan memilihkan sekolah yang murah biayanya dan dekat jaraknya. Tidak akan terbesit keinginan yang kuat untuk menyekolahkan di sekolah-sekolah favorit, karena tidak akan kesampain. Akhirnya, anak-anak yatim ini belajar di sekolah yang biasa-biasa saja dan bergaul dengan anak-anak tak berpunya. Pendidikan yang mereka terima cenderung ala kadarnya, karena keterbatasan SDM dan keterbatasan sarana yang tersedia.

Tidak berhenti sampai di sini, terkandung mereka membawa masalahnya dengan teman-teman sekolah-nya kepada ibunya yang juga lemah jiwanya.Akibatnya, kesedihan itu merembet,menular kepada ibunya.”Andai bapakmu masih ada,tentu kita tidak akan hidup seperti ini.”bisik si ibu sambil menitikkan air mata.sebap itulah, kaum muslimin di ingatkan oleh Allah ketika dia berfirman,

“Taukah kamu (orang)yang mendustakan agama?itulah orang yang menghardik anak yatim (al-ma un:1-2)

Namun, tidak semua anak yatim berperasaan dan bersikap seperti yang di uraikan tadi.Sejarah mencatat dan membuktikan bahwa sejumlah anak yatim memiliki kepribadian yang tangguh, tahan banting, tahan menderita,ulet,cepat mandiri, dan sederet sifat positif lainnya. Inilah contoh si yatim yang yangguh pribadinya ketika kecil, karena beradadi bawah asuhan bapak tirinya atau walinya.setelah besar,ia berguna untuk agamanya.

Tetap hidup seorang pemuda,Umair bin Sa’d al-Anshari,dalam kondisi yatim dan miskin sejak usia kanak-kanak. Bapaknya telah kembali ke hadiran Tuhannya tanpa meninggalkan harta atau sumber pencaharian. Namun, ibunya segera menikah dengan seorang hartawan dari bani Aus yang bernama al-Julas bin Suwaid. Kemudian,laki-laki tersebut memelihara Umair dan membawanyahidup bersama.Di situ,Umair menemukan kebaikan dan keindahan kasih sayang sang ayah tiri, sehingga ia dapat melupakan statusnya sebagai anak yatim.Umair mencintai Julas seperti bapak kandungnya sendiri, begitu juga julas mencintai Umair seperti anak kandungnya sendiri.

Ketika Umair telah tumbuh menjadi seorang remaja, Julas semakin mencintanya mengaguminya, karena melihat indicator-indikator kecerdasandan kepiawaian pada dirinya yang tampak dalam pekerjaanya. Juga sikap tanggung jawab dan jujur yang tampak dalam setiap sepak terjangnya.

Umair bin Sa’d telah masuk Islam sejak usia kanak-kanak, yakni ketika baru berumur sepuluh tahun. Dia menemukan lahan keimanan yang luas di relung hatinya dan menemukan lahan yang subur untuk islam diqalbunya yang suci. Dia, dalam umurnya yang relative muda, tidak pernah tertinggal dalam melakukan shalat berjamaah bersama Rasulullah. Ibunya pun diliput kegembiraan ketika melihatnya pergi ke masjid atau pulang dari sana.

Umair bin sa’d tumbuh dalam kondisi serba nyaman dan berkecukupan, tidak terusik dan terkotori oleh siapa pun,hingga akhirnya Allah menghadapkannya pada ujuan yang maha dasyat dank eras yang jarang dialami oleh pemuda-pemuda lain.

Pada tahun ke IX Hijriyah, Rasulullah mendeklarasi kan perang melawan bangsa Romawi di wilayah Tabuk,(1) dan beliau menginstruksikan kaum muslimin untuk bersiap-siap dan membekali diri, padahal saat itu menjelang musim kemarau,panasnya sangat manyengat,buah-buahan telah matang,sementara jiwa orang cenderung untuk bergerak lambat dan bermalas-malasan.Sekalipun dalam kondisi seperti itu,umat Islam menyambut seruan Nabi dengan antusias.Mulailah mereka bersiap dan membekali diri, kecuali sekelompok orang-orang munafik yang mulai memperlemah semangat, memberi kesan,ragu,dan menyebut-nyebut Rasulullah SAW dengan kata jelek, bahkan menyampaikan di forum-forum mereka kata – kata yang menjerumuskan ke jurang kekufuran.

Di satu hari sebelum pemberangkatan tentara, Umair bin Sa’ad pulang ke rumahnya, usai melakukan sholat di masjid.Hatinya di penuhi setumpuk kebanggaan karena bantuan dan pengorbanan umat Islam yang dia lihat dengan matanya sendiri.dia dengar dengan telinganya sendiri. Utsman bin Affan datang dengan membawa sebuah kendi berisi seribu dinar emas dan menyerahkannya kepada Nabi SAW Dia juga melihat Abdurrahman bin Auf memikul dua karung emas dan meletakkannya di hadapan Nabi SAW,Bahkan,dia melihat seorang laki-laki yang menawarkan tikar tidurnya dan uangnya untuk membeli pedang sebagai bekal turun ke medan perang di jalan Allah SWT.

Umair merenungkan gambaran pengorbana yang indah ini.Lama ia merenung .Namun,ia merasa heran dengan kelambanan Julas – ayah tirinya – untuk bersiap diri berangkat perang bersama Rasulullah SAW.Julas bahkan tidak kelihatan menyerahkan bantuan,,meskipun dia mampu dan kaya.Seolah Umair ingin memgorbankan semangat Julas dalam hatinya. Kemudian,Umair menceritakan kepadanya tentang apa yang telah dia dengar dan lihat, khususnya berita tentang kelompok orang-orang mukmin yang datang kepada Rasulullah dan memohon kepadanya dengan merengek-rengek agar digabungkan dengan pasukan perang di jalan Allah, lalu beliau menolak mereka, karena tidak tersedia cukup kendaraan untuk mengangkut mereka. Akhirnya, mereka kembali dengan berlinang air mata karena sedih dan kecewa akibat tidak mendapatkan sesuatu yang menghantarkan mereka untuk ikut terjun ke medan perang dan mewujdkan kerinduan mereka untuk menjadi syuhada’.

Julas enggan mendengarkan cerita Umair, sehingga terlontar dari mulutnya kata-kata yang membuat pemuda tersebut terkejut: ‘’ Apabila kenabian yang didakwahkan Muhammad benar, maka kita lebih jelek daripada himar’’.

Umair benar-benar dipusingkan dengan apa yang dia dengar, karena dia tidak menyangka bahwa seorang laki-laki yang berakal seperti Julas, bisa mengeluarkan kata-kata yang mengeluarkannya dari iman dan sekaligus memasukkannya ke pintu kekufuran.Secepat computer mengakses data tentang berbagai masalah yang dimasukkan ke dalamnya, secepat itu pula akal Umair berpikir tentang apa yang harus dia lakukan.Dia berpendapat bahwa mendiamkan sikap Julas dan menutupinya berarti pengkhianatan kepada Allah dan Rasul-Nya, sekaligus membahayakan Islam yang sedang mendapat teror dari orang-orang munafik dan menjadi sasaran konspirasi mereka.

Di sisi lain, Umair juga berpikir bahwa mengekspos apa yang telah dia dengar berarti durhaka terhadap orang yang telah memposisikan dirinya sebagai anak yatim dan membalas kebaikannya dengan kejahatan, karena dialah yang telah mengentaskan dirinya dari keyatiman, menjadikan kaya dari kemiskinan, dan menggantikan ketiadaan ayahnya. Pemuda tersebut harus memilih antara dua hal yang dilematis secepatnya. Kemudian, dia menoleh kepada Julas dan berkata: ‘’ Demi Allah,wahai Julas, tidak ada di muka bumi ini, setelah Nabi Muhammad bin Abdullah, orang yang lebih aku cintai daripada engkau, Engkaulah orang yang paling cintai, paling dekat denganku, dan paling banyak memberi kenikmatan kepadaku. Sungguh, engkau telah mengatakan ungkapan yang apabila aku menyebutnya, maka aku akan merendahkanmu dan apabila aku merahasiakannya, maka aku mengkhianati amanatku dan menghancurkan diriku dan agamaku. Maka aku berniat untuk menghadap Rasulullah dan melaporkan apa yang telah engkau katakan. Sehingga masalahmu menjadi jelas.’’

Umair bin Sa’ad langsung menuju masjid dan melaporkan kepada Rasulullah SAW tentang apa yang telah dia dengar dari Julas bin Suwaid. Kemudian, Rasulullah meminta dia untuk tetap di sampingnya dan beliau menyuruh salah satu seorang sahabat untuk memanggil Julas. Tidak lama kemudian, Julas pun datang lalu mengucapkan salam kepada Rasulullah dan duduk di hadapannya.

Nabi bertanya kepadanya:”Benarkah kata-kata yang telah didengar Umair darimu?”Umair menyebutkan apa yang telah dia dengar. Kemudian Julas berkata::Dia bohong dan mengada-ngada,wahai Rasulullah,karena saya tidak mengatakan itu sama sekali.”

Para sahabat mengalihkan pandangan mereka antara Julas dan anak tirinya-Umair bin Sa’ad – seolah-olah mereka sedang membaca dari raut wajah keduanya tentang apa yang dirahasiakan dalam hati. Mereka mulai saling berbisik,lalu seorang dari mereka yang di hatinya ada penyakit berkata:” Pemuda durhaka dan pembangkang,teganya mefitnah orang yang telah berbuat baik kepadanya.”Sedangkan yang lain berkata:”Akan tetapi,dia adalah pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah dan sungguh raut wajahnya mengekspresikan kejujuran.”

Rasulullah menoleh kepada Umair, lalu melihat wajahnya telah memerah seperti berdarah, kedua matanya menitikkan air mata, dan berjatuhan di kedua pipi dan dadanya. Kemudian ia melantunkan doa “Ya Allah, turunkanlah atas nabimu penjelasan tentang apa yang saya katakana. Ya Allah, turunkanlah atas nabimu penjelasan tentang apa yang saya katakan.”

Kemudian Julas membela diri:”Sungguh,apa yang saya katakan kepadamu adalah kebenaran dan bila mau, engkau bisa mengambil sumpah kepadaku di hadapanmu dan saya akan bersumpah demi Allah bahwa saya tidak mengatakan apa yang telah dilaporkan Umair kepadamu.”

Begitu Julas selesai bersumpah dan pandangan orang mulai berpindah kepada Umair bin Sa’ad,turunlah wahyu yang menjelaskan persoalan yang sebenarnya terjadi. Para sahabat tetap barada di tempat,menunggu keterangan dari Rasulullah ASW.Di sinilah, tampak sikap ketakutan dan rasa malu pada wajah Julas.Sementara wajah Umair tampak cerah.kemudian,Rasullulah saw membacakan firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 74:

Artinya:’Mereka (oranh-orang munafik) bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya nmereka telah mengucapkan perkatan kekafiran dan telah menjadi kafir setelah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya;dan mereka tidak mencela (Allah dan RasulNya),kecuali karena Allah dan Rasuk-Nya telah melimpahkan karunianya kepada mereka.Maka jika mereka bertobat itu lebih baik bagi mereka.Dan jika mereka berpaling, maka Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat.Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindungan dan tidak pula penolong di muka bumi.’

Gemeterlah Julas setelah mendengar wahyu itu.Lidahnya kaku.ia menoleh kepada Rasulullah saw dan mengatakan:”Saya bertobat,ya Rasulullah…saya bertobat…Umair memangbenar,ya Rasul,dan saya berbohong;saya mohon kepada Allah untuk menerima tobatku,saya bisa dijadikan jaminanmu,ya Rasu.’

Rasulullah memandang Umair bin Sa’ad.Beliau melihat air mata kegembiraan membasahi wajahnya yang cerah.kemudian Rasullah SAW mengulurkan tanganya,memegang telinga Umair dengan lembut,seraya bersabda:

‘Telingamu tanggap apa yang telah kau dengar,wahai pemuda dan Allah telah membenarkanmu.”

Julas kembali ke pangkuan Islam dengan lebih baik berkat perantaran anak yatim suhannya.Para sahabat telah pula menyaksikan kebaikan sikapnya ketika Julas mengatakan tentang Umair setiap kali ia mengingatnya:”Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan.Sungguh, dia telah menyelamatkanku dari siksa neraka.’

Ssekian kisah anak yatim yang kuat jiwanya dan tumbuh cerdas alam asuhan ayah tirinya.Beberapa anak yatim yang tangguh di masa kecil,juga tumbuh cerdas dan tangkas dalam menyikapi lingkungannya.Oleh karena itu, tidak heran jika kelak mereka menjadi aktor pengubah wajah dunia,Atau memberikan pencerahan dan warna baru bagi masa depan dunia,khususnya dunia Islam.Lautan tinta sejarah mengungkap kepiawaian Imam Bukhari dalam penguasaan hadis sedang ia adalah anak yatim.Kitab Shahih Buhari menjadi saksi semenjak beliau hidup hingga hari ini akan kemahirannya dalam bidang hadis.Kitab ini menjadi pegangan kaum muslimin di seluruh dunia dan banyak memberikan petunjuk kepada umat yang hidup dalam kegelapan jahiliyah.

Muhammad bin Ismail yang lebih kita kenal dengan Imam Bukhari menjadi bukti sejarah kesuksesan anak yatim jika diasuh dengan baik.Ia yang menyusun berbagai kitab rujukan umat hinggake zaman kita sekarang.Ia adalah pelita umat .Hidupnya lebih lama disbanding pendeknya umur beliau.Setiap hari,berjuta-juta orang membaca dan mempelajari karya-karyanya untuk mencari sebongkah cahaya yang dapat menerangi hidup.

Imam Ahmad bin Hambal tak ketingalan.Ia yang ditinggal mati oleh ayahnya semenjak kecil,menjadi Ahli Fiqih dan menjadi mujtahid muthak.Musnad Ahmad bin Hambalmenjadi pedoman uamt dalam mempelajari hadis-hadis Rasul.Kita bisa menikmati karya monumentalnya ini dan meluaskan wawasan hadis,setelah terlabih dahulu kita membaca Shahih Bukhari di atas.

Penguasaan Imam Ahmad terhadaphukum-hukum Islam mendapat pengakuan luas dari para ulama di zamanya hingga masa kita. Ia adalah Ahli Fiqih yang memiliki cirri khas tersendiri dalam berijtihad. Oleh karena itu, ia di sebut sebagai mujtahid muthlak. Banyak orang mengikuti pola istinbat hukumnya, hingga membentuk madzhab fiqih yang kita kenal dengan madzhab Hambali.

Demikian pula gurunya, Imam syafi’i, ia yatim dan lalu menjadi ulama Ahli fiqih yang kini fatwa-fatwanya banyak di pakai oleh kalangan kaum muslimin di Indonesia. Bahkan, beliau melahirkan murid-murid yang jadi imam ahli fiqih juga, semisal Imam Ahmad bin Hambal tadi. Keduanya adalah imam panutan kaum muslimin di berbagai belahan dunia. Kitab-kitabnya tak pernah berhenti di cetak, di baca, di telaah, dan di pelajari oleh umat islam.

Masih ada pula ulama-ulamalain atau mujahid – mujahid caliber dunia yang merupakan anak yatim.Sebutlah misalnya Syeikah Ahmad Yasin,salah satu pndirian HAMMAS yang tiada hentinya mengobarkan api Jihad di jalur Gaza melawan Zionis Yahudi.Atau,Abul Hasan Ali an-Nadwi,ulama asal india yang mujahid.Bahkan Nabi kita,Muhammad SAW,adalah anak yatim yang tidak pernah mengalami hambatan psikologis yang berarti, sehingga ia menjadi manusia fenominal pada masanya.

Tak perlu mencari celah untuk memperbaiki sisi-sisis psikologis anak-anak yatim.Waktunya sudah tiba.Mereka harus dibina,agar merka tak memendam potensi – potensibesar dalam dadanya,yang sulit digali jika waktunya telah tiba.

Wassalamualaikum wr.wb...
Sumber : http://www.cahayainsani.com/290/psikologi-yatim